Surabaya, liputanmu – Menjelang akhir kelulusan para siswa SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya mengunjungi De Simpangsche Societet dalam rangka Kegiatan Tengah Semester (KTS). Rabu (18/06/2025).
Berakhirnya masa belajar semester 2, SD Musix menggelar agenda KTS 2, yang diikuti oleh seluruh siswa. Lokasi masing-masing fase berbeda.
Fase A belajar di Musium Tugu Pahlawan, Fase B ditambah kelas 5 menuju Balai Penanggulangan Bencana Daerah. Sedangkan khusus kelas 6 menikmati De Simpangsche Societeit yang berlokasi di Kawasan pusat Kota Surabaya.
Kawasan bersejarah yang berada satu lokasi kantor Dewan Perwakilan Rakyat ini, sejak pagi sudah ramai dipenuhi pengunjung. Sehingga armada ini tidak bisa ber parkir
Salah satu driver yang mengangkut para siswa adalah Bapak Bambang. Laki-laki kelahiran 1954 ini tetap tegar menjalankan mikroletnya, sekalipun kompetitornya cukup kuat.
“Mengapa kok tidak menjalankan wira-wiri Surabaya, Bapak?” Tanya Ustadz Basirun, S.Pd., pendamping kelompok.
“Maaf mas, lha wong saya ini sudah 70 tahun yang gak boleh.” Jawab driver kelahiran Jember.
Selanjutnya, dia menceritakan bahwa mikrolet di Surabaya ini sudah tidak ada trayeknya lagi, karena sudah digantikan dengan angkutan berbasis online.
Obrolan sana-sini terkait pengalaman Bapak Bambang, membuat perjalanan tidak terasa sudah sampai tujuan.
Di lokasi meskipun masing pagi, sangat penuh sesak, terutama tempat parkir. 70 anak yang mengenakan seragam batik Muhammadiyah berwana merah itu diarahkan ke sepak Sekretariat.
“Bisa bertemu dengan bu Indah?” Tanya Ustadzah Khusnul Khotimah, S.Pd., koordinator lapangan (korlap).
“Indah yang mana, ya. Karena kami berdua sama-sama punya nama Indah.” Jawab Iska Indah.
Selanjutnya, Khusnul panggilan akrab Khusnul Khotimah menyampaikan maksud dan kedatangan di alun-alun Surabaya.
Berdasar surat yang masuk, maka Khusnul ditemukan staf musium dan seni budaya. Sebelum memasuki area, rombongan SD Musix mendapatkan pengarahan.
“Anak-anak, tempat ini adalah salah satu tempat bersejarah peninggalan penjajah Belanda.” Jelas Mochammad Abdullah.
Dulu, sambungnya, tempat ini dinamakan Simpangsche Societeit. Kompleks Balai Pemuda tak lepas dari sejarah Gedung De Simpang Societiet, tempat berkumpulnya kaum sosialita para pekerja Eropa/ Belanda yang ada di Surabaya. Dibangun pada tahun 1907 dengan desain arsitektur gaya campuran neo gothic, renaissance dan klasika romanika oleh Wakan Westmaes.
“Ketika pembuatan basement, dituakan berbagai peninggalan sejarah, satu diantaranya adalah guci.” Ungkapnya.
Setelah mendapat pengarahan, tombangan diajak masuk ruang musium tempat menyan benda-benda bersejarah.
Memasuki area musium ini anak-anak tidak diperkenankan membawa makanan ataupun minuman. Hal ini untuk menjaga kebersihannya
“Silakan anak-anak simpan makanan dan minuman ke dalam tas.” Serunya.
Di dinding setelah pintu masuk, terpampang gambar berukuran besar. Diantaranya tokoh-tokoh berlanda yang sedang berpesta.
“Mengapa kok banyak disimpan barang-barang peralatan pesta bangsa Belanda.” Tanya salah satu siswa.
“Karena pada jaman penjajah Belanda dulu, tempat ini tempat tongkrongan dan pesta-pesta mereka, terutama bagi para sosialita.” Jelas Pemandu wisata berseragam putih hitam itu.
Sisa waktu yang ada, dimanfaatkan untuk mengamati barang-barang bersejarah. Diantara adalah piano, guci, gelas, piring, dan gambar-gambar bangunan kuno balai pemuda ini.
Setelah puas dengan pengamatan, anak-anak mengabadikan moment akhir kegiatan ini dengan berswafoto dan berakhir berfoto bersama. (Basirun)