Surabaya, liputanmu – Di bawah cahaya lampu yang menari-nari di langit-langit Royal Plasa Surabaya, sebuah momen hangat penuh makna tercipta. Suasana haru dan bangga mewarnai Purnasiswa ke-52 Sekolah Inovatif SD Muhammadiyah 7 Surabaya, perpisahan istimewa bagi para siswa kelas 6 yang telah menapaki jejak pembelajaran dan pembentukan karakter. Dalam rilisnya Senin 23 Juni 2025.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wonokromo Ustadz Muhammad Barid, S.Ag., M.Pd.I., dan Ustadz Taufik Hidayanto, A.Md. Tampil dengan penuh kehangatan dan suaranya yang tenang, namun berwibawa Ustadz Barid menyampaikan pesan yang menggugah jiwa, menyentuh hati, sekaligus membangkitkan semangat.
“Anak-anak yang telah ditempa di SD Muhammadiyah 7 adalah mutiara-mutiara berharga.” Ujarnya penuh makna.
“Namun, sebagaimana mutiara yang hanya akan bersinar jika ditempatkan di etalase yang tepat, begitu pula anak-anak kita. Mereka harus berada di lingkungan terbaik agar keindahan dan potensinya tampak gemilang.” Tegasnya.
Pesan ini bukan sekadar nasihat, melainkan panggilan untuk menyadari pentingnya peran lingkungan dalam membentuk masa depan anak-anak. SD Muhammadiyah 7, dengan slogan Sekolah Inovatif, telah menjadi contoh dalam menciptakan ruang yang mendidik dengan cinta, nilai, dan visi keumatan.
“Dari sinilah bisa lahir generasi penerus yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual.” Katanya.
Ustadz Barid mengajak para hadirin untuk merenungi kisah-kisah besar dari sejarah Islam. Ia menyebut nama Uwais al-Qarni, seorang tabi’in yang meski tak dikenal di bumi, namun sangat viral di langit.
“Kesalehan, pengabdian kepada orang tua, dan kesederhanaannya menjadikannya pribadi yang luar biasa. Bahkan Rasulullah SAW, sang teladan umat, meminta sahabatnya saat itu untuk memohon doa dari Uwais, sebuah kehormatan agung yang mencerminkan betapa berharganya seseorang yang tumbuh di lingkungan yang benar.” Ungkap Ustadz Barid yang juga Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya.
Tak hanya itu, Ustadz Barid juga menyoroti dialog lembut antara Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Ucapan sang anak, “Ya abati if’al ma tu’mar” (Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu), menjadi simbol komunikasi penuh cinta yang lahir dari pendidikan dan keimanan yang kuat.
“Dari kisah ini, kita belajar bahwa keluarga dan pendidikan bukan sekadar tempat tumbuh, tetapi juga tempat berlabuhnya nilai-nilai luhur yang membentuk karakter sejati.” Tegasnya.
Pesan ini menjadi refleksi mendalam bagi kita semua, masa depan anak-anak bukan hanya tentang apa yang mereka pelajari, tetapi tentang di mana dan dengan siapa mereka belajar.
SD Muhammadiyah 7 Surabaya telah menjadi ladang subur bagi benih-benih unggul untuk tumbuh menjadi pohon yang rindang, menaungi dunia dengan manfaat dan menjadi penyejuk di akhirat kelak.
“Mari kita terus hadirkan lingkungan terbaik bagi anak-anak kita. Karena mereka bukan sekadar pelajar, mereka adalah mutiara. Dan mutiara, hanya akan bersinar ketika berada dalam tempat yang mulia.” Pungkasnya. (Taufiq Hidayanto).