Mojokerto, liputanmu – Sejenak, suasana ruang pertemuan Hotel Grand Whiz Trawas Kabupaten Mojokerto terasa senyap kala pesan pesan disampaikan. Lalu, bak petir di siang bolong, Kepala Sekolah Berbasis Pesantren, Boarding School SMP Muhammadiyah 4 (Spempat) Gadung Surabaya, Ustadzah Laili Rahmi, S.Pd., memecah keheningan dengan lantang membacakan pantun. Dalam rilisnya Kamis 10 Juli 2025.
“Jalan-jalan ke Ciputat, jangan lupa beli ketupat, guru-guru Spempat, pancen hebat.” Ujarnya mengawali sambutan dengan pantun menggugah semangat.
Sambutan kata “cakep” dan tepuk tangan bergemuruh, sorakan membahana. Di ujung Rapat Kerja (Raker) yang biasanya sarat angka dan laporan, tiga baris pantun itu menjelma menjadi kembang api yang menyalakan kembali bara semangat guru dan karyawan yang hadir.
Raker Bukan Sekadar Rutinitas
Ending raker memang sengaja dibuat beda. Alih-alih bertahan di ruang kelas, panitia memilih venue berhawa sejuk dengan fasilitas lengkap agar kejenuhan luluh.
“Kami ingin guru pulang dengan langkah lebih ringan tapi visi lebih tajam.” Jelas Ustadzah Laili setelah acara.
Di balik atmosfer santai, setiap guru-karyawan pulang membawa to-do list dipikiran masing-masing. Tak ada rapor merah, baik untuk literasi maupun numerasi, menjadi janji kolektif.
Kolaborasi Tanpa Sekat
Tak sekadar menuntaskan target internal, Sekolah juga menyiapkan lompatan tahun ajaran mendatang ditandai pembukaan Program Kelas Internasional. Kerja sama tengah dijajaki bersama Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
“Mana yang paling strategis, itu yang kami gandeng. Anak-anak harus merasakan atmosfer global tanpa meninggalkan akar lokalnya, Cambridge atau Bilingual.” Tegas Ustadzah Laili sambil melihat ke arah Mister Mualim sebagai koordinator Program Kelas Internasional.
Dukungan eksternal pun mengalir dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wonokromo memastikan akan mem-back-up kebutuhan sumber daya.
“Selama untuk peningkatan mutu, kami ada di garda terdepan.” Ujar Ir. Lukman sebagai Ketua PCM yang hadir saat itu, disambut tepuk hadirin.
Guru Sebagai Problem Solver
“Sesama guru jangan sekadar rekan kerja, jadilah partner terbaik dalam memecahkan problematika kelas.” Tegas Ustadzah Laili yang juga Ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Wonokromo ini.
Pernyataan itu tak berhenti di panggung. Aksi dicanangkan dan targetnya sederhana tapi revolusioner, critical thinking siswa tumbuh, guru pun makin lincah berinovasi.
Setelah Pantun, Aksi
Pantun pembuka bukan basa-basi. Ia adalah deklarasi bahwa “hebat” bukan label, melainkan proses berkelanjutan dengan diberikan reward kepada 12 guru yang telah diberi tugas melaksanakan kegiatan sekolah diantaranya:
1. Bambang D.A. (hari Maulid Nabi Muhammad SAW)
2. Yeni C. W. (sumpah pemuda)
3. Farida R. (hari batik)
4. Alifwati C. I. (hari pahlawan)
5. Handa S. P. (hari Ibu)
6. Hikmah S. (isra’ mi’raj)
7. Siti N. (hari kartini)
8. Eka P. S. (hari pendidikan nasional)
9. Slamet T. W. (Idul Adha)
Idul qurban (Perolehan sapi):
1. Ati Wahyoelianti
2. Eka Puspitasari
Tagihan 0 di Akhir tahun :
Alifwati Citra Iqlima
Itulah esensi kegiatan, menyuntik energi baru, bukan menambah beban. Guru-guru Spempat pancen hebat. (Taufik Hidayanto).