Surabaya, liputanmu – Dalam rangka membangun sinergi dengan mitra, Sekolah Qur’anic and Internasional Insigh SD Muhammadiyah 6 (SD Musix) Gadung Surabaya mengundang Kepala TK se-Surabaya dengan parenting dan makan siang. Sabtu (24/08/2024).
Panitia PPDB SD Musix merasa bersyukur atas perolehan siswa baru pada tahun 2024-2025. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih, mereka mengundang seluruh Kepala Sekolah dan guru-guru TK di resto yang berada di Jl. Jemursari Surabaya.
“Hari ini kamin mengundang hampir 50 Sekolah TK yang selama ini menjadi mitra kami.” Tutur Nurmala, S.Ag., Ketua PPDB SD Musix.
Ia mengatakan bahwa tujuan kami untuk menyambung silaturrahim dan memberikan tali asih, baik kepada lembaga maupun guru-gurunya. Selanjutnya dia juga menuturkan bahwa selain menjamu dengan sajian makan siang, juga memberikan parenting memberi bekal untuk mengembangkan sekolah asal masing-masing.
Acara yang bertajuk “Silaturrahim dan Recharging” ini, akan dibekali materi Mengelola SDM yang Berpotensi Menjadi Trouble Maker.
“Adakah yang tahu trouble maker? ” Tutur Munahar, S.H.I., M.Pd.I., mengawali ceramahnya.
Satupun tidak ada yang menyahut.
“Wah ini diam memang tidak paham apa mikir, ya?” Candanya disambut tertawa kecil para hadiri.
Selanjutnya Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jawa Timur ini menjelaskan tentang trouble maker adalah sekelompok individu yang tidak mendukung program lembaga.
Untuk meyakinkan para audien dia memutarkan video animasi yang menggambarkan seorang yang sedang menarik gerobak dengan berbagai muatan dengan keluh kesah, kemudian datang seorang teman, tetapi tidak membantu mendorong, tetapi malah menariknya.
Datang lagi yang teman yang lain, mereka sama saja, tetapi malah membebani gerobagnya.
Di belakangnya ada beberapa gerobag yang membalapnya berlari dengan cepat karena didorong secara bersama-sama.
“Nah, Bapa-ibu, inilah gambaran trouble maker.” Jelas Kepala sekolah yang sedang menempuh pendidikan S-3 ini.
Pria kelahiran tahun 1970 ini menguraikan empat penyebab trouble maker, yaitu :
Pertama, Masalah pribadi; Trouble maker sering kali memiliki masalah pribadi seperti stres, kesulitan dalam mengelola emosi, atau kebutuhan akan perhatian.
“Mereka mungkin menggunakan perilaku merusak atau provokatif sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah ini.” Katanya.
Kedua, Lingkungan yang tidak kondusif; Lingkungan yang kurang stabil, konflik Interpersonal yang tinggi, atau kekurangan pengawasan yang tepat dapat mempengaruhi seseorang menjadi trouble maker.
Ketiga, Kurangnya keterampilan sosial; Orang yang kesulitan dalam berinteraksi sosial atau mengelola emosi mereka sendiri mungkin lebih rentan menjadi trouble maker. Mereka mungkin tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengekspresikan diri dengan cara yang sehat atau untuk menyelesaikan konflik dengan baik.
Keempat, Pengaruh negatif; Penyebab lain dari trouble maker dapat termasuk paparan terhadap pengaruh negatif dari teman sebaya, keluarga, atau media.
“Ketika seseorang terus-menerus terpapar pada perilaku merusak atau sikap yang tidak pantas, mereka mungkin meniru dan mengadopsi perilaku yang sama.” Tandasnya. (Basirun).