Jakarta, liputanmu – Marhaban ya Ramadhan, Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kembali menggelar Mudik Ramah Difabel sebagai bagian dari program Ramadan Inklusi 2025.
Program Ramadhan Inklusi ini merupakan kolaborasi MPKS PP Muhammadiyah, Himpunan Difabel Muhammadiyah (Hidimu), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta didukung pula oleh LAZISMU Pusat, Bank Syariah Indonesia, BAZNAS, Bank BCA dan Bank Panin Dubai Syariah. Kamis (27/03/2024).
Mudik Ramah Difabel ini, diikuti oleh 150 keluarga penerima manfaat dengan tujuan pulau Jawa dan Sumatera, yang diberangkatkan dengan menggunakan moda transportasi bus dan kereta api. Sebagian peserta mudik diberangkatkan pada tanggal 27 Maret 2025 dari Terminal Pulo Gebang. Sementara peserta dengan mengunakan kereta api, akan diberangkatkan pada tanggal 29 Maret 2025 melalui Stasiun Senen.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., berkesempatan melepas para peserta mudik dan menyampaikan bahwa mudik bukan sekadar perjalanan kembali ke kampung halaman, tetapi juga momen mempererat silaturahmi, persaudaraan, dan kekeluargaan.
“Mudik memiliki makna sosial yang mendalam, menjadi ajang berbagi suka dan duka, serta menjadi salah satu modal sosial untuk hidup bahagia. Selain itu, mudik juga memberikan penyegaran spiritual, mengingatkan manusia pada fitrah dan asal-usulnya, serta menjadi momentum refleksi diri.” Tuturnya.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa mudik dapat menjadi sarana mendapatkan wawasan dan ide baru dari interaksi selama di kampung halaman.
“Semoga perjalanan ini lancar, menjadi mudik yang asyik dan membahagiakan serta membawa berkah bagi kita semua.” Imbuhnya.

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, Ketua MPKS PP Muhammadiyah, Ustadz Dr. Mariman Darto, menjelaskan bahwa Mudik Ramah Difabel merupakan tindak lanjut dari hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta yang menyoroti pentingnya penataan ruang publik yang lebih adil dan inklusif.
“Kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian Ramadhan Inklusif bersama 1000 Difabel, yang bertujuan memudahkan penyandang disabilitas dalam mendapatkan akses transportasi yang layak dan layanan terbaik selama perjalanan mudik maupun saat kembali ke Jakarta. Kami ingin mereka bisa bersilaturahmi dengan keluarga dengan khidmat dan bergembira.” Ungkapnya.
Kemudian, ia juga berharap tentang program ini dapat terus berlanjut mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi penyandang disabilitas.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh donatur, termasuk Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Lazismu, Baznas, BCA, BSI, serta seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini.” Imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut juga, Ketua Tim Mudik Ramah Difabel, Ustadz Catur Sigit Nugroho, menegaskan bahwa mudik adalah hak setiap warga negara, termasuk penyandang disabilitas.
“Program ini bukan sekadar bentuk kepedulian MPKS PP Muhammadiyah dalam memberikan fasilitas perjalanan bagi penyandang disabilitas dan keluarganya, tetapi juga sebagai advokasi nyata kepada pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas agar lebih peduli terhadap kebutuhan mereka.” Ungkapnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Aulia Amin, mengatakan rasa syukur atas penyelenggaraan program ini. Dirinya juga berterima kasih sebesar-besarnya kepada MPKS PP Muhammadiyah, Tim Inklusi Kementerian Perhubungan, dan para donatur.
“Ini bukan hanya soal fasilitas gratis, tetapi juga sebagai upaya menyadarkan masyarakat bahwa penyandang disabilitas masih menghadapi banyak hambatan dalam menikmati sarana dan prasarana transportasi. Kami berharap program ini bisa terus berlanjut sehingga Indonesia semakin ramah dan mendukung produktivitas penyandang disabilitas.” Ujarnya.
Ia lantas mengingatkan bahwa dengan semangat inklusifitas dan kepedulian sosial, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menciptakan akses yang lebih adil bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.
“Mudik Ramah Difabel diharapkan tidak hanya menjadi ajang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan menuju kesadaran sosial yang lebih inklusif di Indonesia.” Pungkasnya. (Abid).