Surabaya, liputanmu — Suasana di kelas 9C Sekolah Berbasis Pesantren SMP Muhammadiyah 4 (Spempat) Gadung Surabaya tidak seperti biasanya. Tangan-tangan mungil para siswa tampak sibuk meracik kedelai, menimbang, mencampur ragi, hingga membungkusnya dengan plastik berlubang. Bukan sedang memasak, mereka tengah menjalani praktik pembelajaran IPA yang unik, yakni membuat tempe dari nol. Selasa (15/04/2025)
Siswa yang berada di kelas ini tampak antusias. Senyum mereka merekah ketika memperlihatkan hasil fermentasi yang mulai mengeras, tempe buatan tangan sendiri yang sebentar lagi siap disantap. Bukan sekadar proyek Sekolah, ini adalah pengalaman belajar yang membekas.
“Awalnya saya kira cuma sekadar praktik biasa, tapi ternyata seru banget.” Ujar Firzana penuh semangat.
Ia mengaku jadi lebih paham bagaimana jamur bisa membantu mengubah kedelai menjadi makanan bergizi.
Sementara itu, Umi Zahro mengatakan bahwa dirinya sangat senang bisa mengikuti proses pembuatan tempe tersebut.
“Kami belajar sabar, kerja tim, dan teliti dalam setiap prosesnya. Rasanya puas banget lihat hasilnya.” Ujarnya.
Proses pembuatan tempe memang tidak singkat. Dimulai dengan perendaman kedelai selama 24 jam, pengupasan kulit, perebusan, pengeringan, lalu pencampuran dengan ragi rhizopus oligosporus. Setelah itu, kedelai dibungkus rapat dan disimpan dua hari. Hasilnya: tempe padat, putih, dan wangi khas fermentasi.
Sementara itu, Ustadzah Amalia Hanifah, guru IPA yang membimbing kegiatan ini, mengatakan bahwa metode pembelajaran kontekstual seperti ini sangat efektif.
“Mereka tidak hanya menghafal teori, tapi benar-benar mengalami proses ilmiahnya. Pembelajaran jadi lebih bermakna dan menyenangkan.” Tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut juga, Kepala SMP Muhammadiyah 4 Surabaya, Ustadzah Laili Rahmi, S.Pd., memberi apresiasi penuh pada kegiatan tersebut.
“Inilah pendidikan abad 21 yang kami dorong, interaktif, kreatif, dan membangun keterampilan hidup. Kami bangga melihat siswa belajar dengan cara seperti ini.” Tuturnya dengan penuh semangat.
Bagi siswa kelas 9C, hari itu bukan sekadar belajar IPA. Mereka belajar tentang proses, tentang kerja sama, dan tentang sains yang bisa menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Dan siapa sangka, semua itu dimulai dari sebutir kedelai kecil. (Taufiqurrahman).