Surabaya, liputanmu – Sejak pukul 06.00 WIB warga Muhammadiyah sudah mulai berdatangan di Aula SD Muhammadiyah 8 Sutorejo. Dengan mengangkat tema; “Peran Persyarikatan dalam Konteks Kemerdekaan”, hadir sekitar 400 jamaah yang hadir dalam Kajian Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Mulyorejo. Mereka terdiri dari Guru TK, SD, SMP, dan SMP Muhammadiyah. Selain itu, para pengurus dan anggota di Ranting Muhammadiyah Se-Mulyorejo. Ahad (11/8/2024).
Dalam sambutan iftitahnya, Ustadz Agus Hendy Kristiawan, S.Pd., PCM Mulyorejo menyampaikan bahwa kegiatan di PCM Mulyorejo ini sangat dinamis.
“Selain kegiatan Kajian Ahad Pagi, hari ini juga ada pemeriksaan gratis. Ada pemeriksaan gula darah, kolesterol, juga asam urat. Kegiatan ini bekerja sama dengan mahasiswa KKN UMSurabaya.” Tuturnya.
Mengawali ceramahnya, Ustadz Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag., menjelaskan bahwa Muhammadiyah itu lahir sebelum Indonesia merdeka. Muhammadiyah didirikan pada tangga 18 November 1912. Sedang Indonesia merdeka baru pada tanggal 17 Agustus 1945. Bahkan banyak tokoh Muhammadiyah yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
“Sebagai pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan menghadapi tantangan yang luar biasa. Beliau dituduh sebagai Kyai kafir, antek Belanda, dan tuduhan lainnya.” Demikian cerita Dr. Mahsun Jayadi Dosen UMSurabaya.
Ia lantas mengingatkan bahwa KH. Ahmad Dahlan tetap meneruskan perjuangan. Hingga kini Muhammadiyah menjadi organisasi yang mampu memberikan pencerahan. Sesungguhnya obyek dakwah Muhammadiyah cukup luas.
“Muhammadiyah tidak hanya memurnikan ajaran Islam. Tetapi juga berdakwah dalam bidang sosial, pendidikan dan masalah yang lain.” Imbuhnya.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan berkemajuan, memiliki tiga peran utama. Pertama adalah At-Tahrir, yaitu pembebasan. Muhammadiyah harus mampu memerdekakan ummat dari kebodohan dan kemelaratan.
“Kedua, At-Taqwiyah, yaitu pemberdayaan. Warga Muhammadiyah harus berdaya dengan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.” Ungkapnya.
Ketiga, At-Taqdim, yaitu memajukan. Muhammadiyah harus hadir untuk memberikan kemajuan, terdepan dalam ambil peran.
Sebelum menutup ceramahnya, Ustadz Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag., membuka pertanyaan. Ada dua jamaah yang bertanya; Bapak H. Nasirun menanyakan tentang sikap Muhammadiyah terhadap izin pertambangan. Sementara Ibu Muslimah selaku Ketua PRA Kalijudan prihatin atas maraknya berita alat kontrasepsi yang akan dilegalkan berdasarkan Keputusan Presiden.

Selanjutnya, menanggapi pertanyaan tentang tambang, Ustadz Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag., memberikan empat poin penting, yaitu :
“Pertama, Muhammadiyah bukan aji mumpung untuk masalah kekayaan, tetapi ini bagian dari dakwah menjaga lingkungan.” Tegasnya.
Kedua, sebagai lahan dakwah di komunitas berbeda, di bidang pengelolaan tambang.
Ketiga, Ada 4 Universitas Muhammadiyah yang sudah membuka jurusan tambang.
Keempat, Ketika sudah diputuskan, maka sami’na wa atho’na.
“Jika suatu ketika, tambang ini tidak memberikan kemanfaatan, maka zin akan dikembalikan.” Tambahnya.
Sedangkan tentang masalah alat kontrasepsi yang akan dilegalkan, Muhammadiyah melakukan pendekatan kepada pemerintah untuk bisa dicabut.
“Bisa dibayangkan jika Keppres ini disetujui, maka setiap Puskesmas akan menyediakan alat kontrasepsi dan ini artinya kemaksiatan sudah dilegalkan.” Pungkasnya.
Pada akhir kajian, Ustadz Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag., memberikan buku Kepada kedua penanya, yaitu Bapak H. Nasirun dan Ibu Muslimah. (Najib).