Surabaya, liputanmu – Sejak pukul 7.30 WIB para peserta workshop menulis cerpen sekali duduk sudah mulai berdatangan di SMP Negeri 26. Setiap sekolah mengirimkan tiga siswa. Mereka semua pelajar dari wilayah Surabaya Selatan yang menjadi duta literasi. Senin (7/10/2024).
Menyambut Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda, Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengadakan agenda literasi dengan menulis cerpen sekali duduk. Bapak Heri Setiawan selaku Sekmen SMP Dispendik Kota Surabaya berharap, siswa SMP bisa menghasilkan karya di saat puncak Sumpah Pemuda.
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Untuk itulah perlu dipersiapkan dengan karya-karya nyata.” Tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa untuk workshop menulis cerpen sekali duduk ini, Dispendik Kota Surabaya mengundang lembaga Alazka Training Center (ATC) Surabaya yang berkantor di Taman Bhaskara Surabaya.
Ustadz Drs. Achmad Sya’roni, M.Pd. yang selalu menemani dalam workshop selalu berpesan pada siswa agar terus belajar menulis.
“Sesungguhnya dengan menulis itu bisa mengabadikan nama, mengabadikan ilmu, juga dikenal dunia.” Ujarnya.
Kegiatan menulis ini dibagi menjadi empat tempat. Kegiatan Pertama, diselenggarakan di SMP Negeri 13 untuk siswa SMP yang berada di wilayah Surabaya Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2024.
Kegiatan Kedua, diselenggarakan di SMP Negeri 15 untuk siswa SMP yang berada di wilayah Surabaya Timur. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Senin, 30 September 2024.
Kegiatan Ketiga, diselenggarakan di SMP Negeri 3 untuk siswa SMP yang berada di wilayah Surabaya Pusat dan Utara. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. Adapun pertemuan terakhir atau Keempat, diselenggarakan di SMP Negeri 26 untuk murid SMP wilayah Surabaya Barat.
Ustadz Drs. Najib Sulhan, MA., yang juga sebagai Ketua PCM Mulyorejo memiliki kiat jitu agar sekali duduk bisa menghasilkan karya. Pada sesi Pertama, memberikan motivasi, mengapa harus menulis. Ada 12 alasan yang menjadikan siswa SMP se-Surabaya tergerak untuk menulis.
Beberapa quote juga disampaikan, “Jika kamu bukan anak raja juga bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Quote dari Imam Al-Ghozali ini memperkuat keyakinan bagi anak untuk menulis.
“Saya bukan anak ulama. Ayah saya marbot Masjid. Ibu saya penjual nasi pecel. Alhamdulillah, dengan doa orang tua, saya diberikan kemudahan menulis. Dari buku-buku inilah maka saya bisa keliling Provinsi di Indonesia dan bisa ke luar negeri.” Sambil berkaca-kaca Najib Sulhan yang telah menulis 86 judul buku di 12 penerbit ini terus memotivasi peserta workshop menulis.
Selanjutnya Najib Sulhan membongkar hambatan menulis. Ada 5 hambatan dalam proses menulis, yaitu menghancurkan rasa takut, memantik kebuntuan ide, lemahnya manajemen waktu, dikoreksi sebelum selesai, dan terbelenggu oleh aturan.
Setelah dijelaskan tentang cara menulis cerpen dan feature. Seluruh siswa langsung menulis. Semula ruangan yang ramai berubah jadi hening. Sekitar dua jam siswa tuntas menulis cerpen dengan hanya sekali duduk. Hasil tulisan langsung dikirim melalui link yang sudah ada.
“Naskah yang kini sudah terkumpul akan menjadi buku antologi tentang “Sekolahku Ramah Anak dan Kotaku Layak Anak”. Ada 10 buku yang akan diluncurkan pada saat Hari Sumpah Pemuda.” Pungkasnya. (Najib Sulhan).