Surabaya, liputanmu – Yayasan KH Mas Mansur bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Surabaya menggelar bedah buku KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur di aula lantai 2 Masjid Taqwa Jalan Kalimas Udik 1C – 1 Surabaya. Hadir sebagai narasumber yaitu; BPH Universitas Muhammadiyah Bengkulu (PP Muhammadiyah) Dr. H. Syaifullah M.Ag., dan Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Unesa Dr. Wisnu, M.Hum. Ahad (27/10/2024).
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Ustadz Drs. Rofiq Munawi, Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya Ustadzah Hj. Alifah Hikmawati beserta jajaran, PCM, PCA, PRM, PRA, dan Ortom Se-Kota Surabaya, serta para undangan lainnya.
Hadir juga Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Ustadzah dr. Zuhrotul Mar’ah Lailatusholichah, dan Keita Peneliti KH. Mas Mansur asal Jepang.
Ketua Yayasan KH. Mas Mansur, Ustadz H. Agus Rusidy mengatakan bahwa kegiatan bedah buku ini, bertujuan memberikan energi positif, bagaimana memahami pola berfikir KH. Mas Mansur pada saat itu.
“Kami masih terus menggali apa rahasia dari pola pikir KH. Mas Mansur, untuk itulah kami bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya.” Tuturnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan harapannya agar bisa merubah pola pikir, untuk lebih dapat mengembangkan lagi Yayasan KH. Mas Mansur melalui Dakwah Pendidikan yakni Lembaga Pendidikan Mufidah.
“Sejak dilaksanakannya pembangunan Masjid dan Lembaga Pendidikan selama 1,5 tahun, kami telah menerima 260 siswa dan kebanyakan dari golongan menengah ke bawah.” Ungkapnya.
“Alhamdulillah, mereka sekarang ini, sudah menerima fasilitas sekolah selayaknya SD Islam. Kami berharap dari fasilitas tersebut bisa membentuk karakter pendidikan agama lebih maju lagi, mereka menjadi anak-anak yang tahfidz Qur’an.” Imbuhnya.

Sementara itu, Penulis Buku KH. Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur Ustadz Dr. H. Syaifullah, M.Ag., menyampaikan sangat bangga dan mengapresiasi telah diundang ke Surabaya untuk membedah buku KH. Mas Mansur Pendiri Muhammadiyah Jawa Timur.
“Isinya tentu membicarakan atau mengisahkan perjalanan perjuangan, dan pengabdian KH. Mas Mansur dalam konteks menjelang dan Indonesia merdeka.” Tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa KH. Mas Mansur merupakan tokoh sentral baik di zaman Belanda, Jepang, sampai Kemerdekaan Indonesia.
“Menariknya mengulas KH. Mas Mansur. karena beliau merupakan Pahlawan Nasional, pulang dari Timur Tengah selama 7 tahun, kemudian bergabung dengan Sarekat Islam (SI) yang diketuai HOS Cokroaminoto dan Muhammadiyah KH. Achmad Dahlan.” Ujarnya.
Ia lantas menjelaskan bahwa itu semua merupakan dua kekuatan besar umat Islam, yang dipakai sebagai instrumen perjuangan bersama tokoh-tokoh lainnya, untuk memerdekakan Bangsa Indonesia.
“Sekali lagi, menariknya, beliau berjuang di dua panggung politik; gerakan struktural tapi juga kultural, yakni gerakan Muhammadiyah yang pada waktu itu sangat diperhitungkan oleh kalangan penjajah.” Pungkasnya. (Yuda).