Surabaya, liputanmu – Suasana Subuh hari pertama di Masjid GreenSA UINSA dipadati oleh jamaah yang khusyuk mendengarkan kultum yang disampaikan oleh salah satu peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan V yang diselenggarakan oleh LPHU PW Muhammadiyah Jawa Timur bekerjasama dengan UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktorat Jenderal PHU Kementerian Agama RI. Sabtu (16/11/2024).
Bertindak selaku penceramah kultum Drs. Mahmudin, dengan penuh semangat, ia membahas tema penting mengenai empat perkara yang akan dihisab pada setiap manusia sebelum melangkah ke tempat berikutnya di akhirat.
Berdasarkan hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa setiap manusia tidak akan bisa beranjak hingga ia mempertanggungjawabkan empat perkara; umur, ilmu, rizki, dan tubuh. Kultum ini mengajak jamaah untuk merenungkan makna kehidupan dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Pertama, Perihal Umur; bagaimana kita menghabiskannya, pertanyaan pertama yang akan diajukan oleh Allah, yaitu tentang umur. Setiap manusia diberikan waktu yang berbeda-beda selama hidup di dunia ini. Namun, yang terpenting bukanlah panjang atau pendeknya umur, melainkan bagaimana seseorang memanfaatkannya dengan beribadah.
“Kita semua harus bersyukur bisa mengikuti kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional.” Ujarnya.
Dalam paparannya, Mahmudin menekankan pentingnya mengisi waktu dengan amal ibadah, berbuat baik kepada sesama, dan menjauhi hal-hal yang sia-sia.
Ia juga mengajak jamaah untuk merenungi bagaimana kita menghabiskan waktu yang diberikan oleh Allah. Apakah telah digunakan untuk mencari ridha-Nya atau justru untuk hal-hal yang melalaikan.
Kedua, Perihal Ilmu; bagaimana kita mengamalkannya. Pertanyaan kedua yang akan dihisab oleh Allah adalah ilmu. Ilmu yang dimiliki seseorang tidak cukup hanya dihafalkan atau diketahui, melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, namun tanggung jawab tidak berhenti di sana. Ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi beban berat di akhirat.” Ungkapnya.
Dia pun mengingatkan hadirin bahwa ilmu agama yang telah dipelajari, seperti dalam pelatihan manasik haji. Seharusnya dijadikan bekal dalam menjalankan ibadah dengan lebih baik dan sesuai dengan syariat.
“Ilmu itu akan menjadi hujjah yang berat jika tidak diamalkan.” Tegasnya.
Lebih lanjut, dia mengajak jamaah untuk terus menambah ilmu yang bermanfaat dan menjadikannya alat untuk membawa perubahan positif, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Ketiga, Perihal Rizki; dari mana dan bagaimana kita menggunakannya Allah akan meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia tentang rizki yang ia peroleh, termasuk dari mana ia mendapatkan harta dan bagaimana ia membelanjakannya. Rizki adalah karunia yang Allah berikan, namun penggunaannya akan dipertanyakan.
“Mencari harta harus dilakukan dengan cara-cara yang halal dan sesuai dengan syariat Islam. Sebaliknya, rizki yang didapatkan dengan cara haram akan membawa kebinasaan, baik di dunia maupun akhirat.” Jelasnya.
Keempat, Perihal Jasad (tubuh); bagaimana kita menjaganya, pertanyaan terakhir yang akan dihisab adalah tentang tubuh atau kesehatan. Tubuh adalah amanah dari Allah, yang akan diminta pertanggungjawaban atas bagaimana kita menjaganya dan menggunakannya. Dia menjelaskan bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah.
“Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang untuk beribadah, bekerja, dan berbuat baik kepada sesama dengan lebih baik.” Ujarnya.
Namun, tubuh juga bisa menjadi sumber malapetaka jika digunakan untuk hal-hal yang melanggar perintah Allah. Menjaga kesehatan dengan pola makan yang baik, menjauhi maksiat, dan senantiasa menggunakan tubuh untuk kegiatan yang diridhai oleh Allah.
“Kesehatan adalah nikmat besar yang sering terlupakan hingga kita kehilangannya.” Katanya sambil mengingatkan pentingnya bersyukur atas nikmat kesehatan yang diberikan.
“Setiap perbuatan yang di lakukan selama hidup didunia akan dibalas oleh Allah di akherat, dan kita juga akan diperlihatkan catatan amal perbuatan kita.” Pungkasnya. (Rahmat Syayid Syuhur).