Surabaya, liputanmu – Kajian Ahad Rutin di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Darmo. Hadir sebagai pemateri Ustadz Prof. Dr. Biyanto, M.Ag., Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Ahad (13/04/2025).
Hadir dalam acara tersebut, seluruh jajaran PCM Wonokromo, Majelis, Ortom dan PRM se-Wonokromo, serta simpatisan Muhammadiyah. Kajian dimulai tepat waktu 07.00 WIB di kediaman Ustadz Fathoni PRM Darmo.
Dalam kajiannya, Ustadz Prof. Dr. Biyanto, M.Ag., menyampaikan bahwa melalui ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan waktu merupakan anugerah dan amanah dari Allah yang harus dihargai dan dimanfaatkan dengan baik. Hal sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS, Al-Ashr ayat 1.
“Kita masuk ke acara inti ya, yaitu materi Halal bi halal dan tingkatan orang-orang yang bertaqwa.” Tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Halal Bi Halal dan Mudik, adalah budaya yang ada di negara kita sebagai adaptasi ajaran Islam.
“Halal bi Halal dan Mudik, adalah budaya yang ada di negara kita sebagai adaptasi ajaran Islam. Bahkan di Arab sana, dapat diamati, bahwa setelah sholat Ied tidak ada kegiatan saling mengunjungi.” Imbuhnya.
Ia lantas menjelaskan bahwa pada kegiatan Halal bi Halal, dalam rangka saling bertemu dan memaafkan satu sama lain. Hal ini terdapat doa Nabi Musa AS yang sangat populer seperti dalam QS. Thaha, 25-28, yakni :
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي , وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي , وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي , يَفْقَهُوا قَوْلِي
Artinya :“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”
“Doa ini digunakan Nabi Musa sebagai permohonan kepada Allah untuk dilancarkan lisannya dan juga dipermudah dalam menyampaikan dakwah.” Katanya.
Selain itu, juga untuk memohon kelancaran lisan, doa ini juga dapat diamalkan sebagai permohonan kepada Allah untuk dimudahkan urusannya dan juga saat akan menyampaikan sesuatu, sehingga mudah dipahami.
Selanjutnya, Prof. Dr. Biyanto, M.Ag., yang saat ini menjadi Staf Ahli Kementrian Dikdasmen RI, mengkaji QS. Al Imran 134.
“Ayat ini merupakan kelanjutan ayat sebelumnya (133) yang menyebutkan tentang surga seluas langit dan bumi bumi yang Allah SWT sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” Ungkapnya.
Menurutnya, ayat 134 secara eksplisit menjelaskan tentang tiga kelas manusia atau jenjang sikapnya ketika menghadapi kesalahan orang lain, yakni :
Pertama, Yang Mampu Menahan Amarah; Kata Al-kazhimin mengandung makna “penuh dan menutup dengan rapat”, seperti wadah air yang penuh lalu ditutup rapat agar tidak tumpah.
“Ini mengisyaratkan bahwa seseorang harus menahan amarah agar tidak tumpah sedikitpun.” Jelasnya.
Kedua, Orang yang Memaafkan; Kata Al-afin terambil dari kata al-afn yang sering diterjemahkan sebagai kata maaf. Kata ini juga bermakna menghapus.
“Jadi, seseorang yang memaafkan orang lain adalah orang yang menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Kalau pada tingkatan pertama, hanya memaafkan, maka pada tahap ini yang bersangkutan menghapus bekas-bekas luka itu seakan tak pernah ada.” Tegasnya.
Ketiga, Orang yang Berbuat Kebajikan kepada Orang yang Menyakitinya; Pada tahap tertinggi ini seseorang tidak hanya menahan amarah dan bersabar atau memaafkan kesalahan orang lain seakan-akan tidak pernah ada, tetapi ia juga berbuat kebaikan secara langsung kepada orang yang pernah melakukan kesalahan kepada dirinya.
“Allah SWT dalam surat Ali ‘Imran ayat 134 secara tegas mengatakan bahwa Dia menyukai orang seperti ini, yakni orang yang melakukan kebajikan.” Tandasnya.
Ia kemudian menceritakan tentang keteladanan dari Buya Hamka, adalah orang yang sukses mengamalkan ayat di atas. Beliau senantiasa berbuat baik kepada orang lain meskipun orang tersebut berbuat jahat kepada beliau. Salah satu riwayat yang paling terkenal tentang kebaikan beliau adalah kisah beliau yang dipenjarakan oleh Presiden Soekarno selama kurang lebih 2 tahun, saluran perolehan keuangan dibekukan, penerbit dilarang mengirim uang, sehingga Buya Hamka hidupnya sangat menderita.
“Namun, ketika Soekarno meninggal dunia, Buya Hamka tetap bersedia ketika diminta menjadi Imam sholat Jenazah Soekarno.” Tegasnya.
“Buya Hamka mengaku bahwa penahanannya merupakan anugerah dari Allah, karena dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al-Qur’an 30 juz. Tafsir Al-Azhar yang menjadi karya fenomenalnya diselesaikan saat ia berada di penjara.” Pungkasnya.
Selanjutnya, semua jamaah berdoa yang Dipimpin oleh Ustadz Agus Affandi, S.Pd., Sekretaris Majelis Tabligh PCM Wonokromo, menandai akhir acara Pengajian Ranting Darmo. (Humas/Lukman).