Surabaya, liputanmu – Di tengah kesibukan masyarakat modern, ada satu sosok yang menyegarkan jiwa dan membangkitkan semangat keimanan. Ustadz Dr. H. Sam’un, M.Ag., seorang tokoh Muhammadiyah yang dihormati juga menjabat sebagai Ketua PCM Sepanjang, hadir di tengah jamaah PCM Wonokromo pada Ahad pagi, 19 Oktober 2025.
Dengan penuh antusias, ia membagikan pencerahan di Masjid Syuhada Gadung, membahas pentingnya membangun kultur berkumpul dan mengaji dalam rangka menumbuhkan karakter Ansorullah—penolong Allah.
Dengan suara yang penuh penghayatan, Ustadz Sam’un memulai ceramahnya. Ia menyampaikan bahwa berkumpul dan mengaji, bukan hanya sekadar rutinitas, melainkan bagian dari perjalanan spiritual kita.
“Kita dituntut untuk menjadi Ansorullah dalam setiap langkah kehidupan.” Tegas Ustadz Sam’un memancarkan semangat yang menular ke seluruh jamaah yang hadir.
Berikut adalah gambaran dari inti ceramah yang menyentuh hati, yakni:
Pertama, Integrasi Iman; Mengacu pada enam ayat dari surat Al-Mu’min yang memberikan bimbingan bahwa iman adalah pengalaman hidup yang harus menyatu dengan jiwa. Ia juga mengajak kita merenungkan arti iman yang sesungguhnya.
“Iman tak hanya berada di benak kita, melainkan harus memasuki kalbu. Jika iman hanya beroperasi di level akal, maka kita belum merasakannya sepenuhnya.” Ungkapnya.
Kedua, Percaya Hari Akhir; Sebuah dorongan untuk setiap individu percaya pada hari akhir kembali digaungkan.
“Akhlak kita adalah cermin dari iman kita. Mari kita berkata baik dan memperlakukan tamu dengan penuh rasa hormat.” Ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa setiap interaksi sehari-hari adalah kesempatan untuk merepresentasikan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh agama.
Ketiga, Yakin dan Tasdiq; Dalam nuansa yang khusyuk, ia menekankan pentingnya keyakinan yang tulus.
“Tasdiq bi qalbi, pengakuan dengan hati, harus menjadi semangat kita. Ayat-ayat Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, melainkan cermin jiwa yang seharusnya melekat kuat dalam diri.” Katanya dengan penuh keyakinan.
Keempat, Akhlakul Karimah; Proses pembentukan karakter menjadi sorotan utama.
“Tazkiyah, pembersihan jiwa, adalah langkah awal dalam mencapai karakter yang baik. Akhlakul karimah adalah hasil dari usaha yang kontinu.” Tandas Ustadz Sam’un yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pembinaan Haji dan Umroh (LPHU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.
Kelima, Pembiasaan dan Kultur; Mari kita jadikan tazkiyah bagian dari kultur sehari-hari kita. Dengan mendisiplinkan diri dan saling mendukung, kita bisa menebar kebaikan dalam masyarakat.
“Di sinilah peran kita sebagai umat untuk menjadi agen perubahan sosial.” Katanya.
Keenam, Mukminun dan Poin-Poin Kebaikan; Dengan semangat tinggi, ia mengajak kita untuk menginternalisasi sifat-sifat mukminun.
“Kita harus menjunjung standar akhlak yang tinggi dalam setiap tindakan kita. Ini bukan sekadar teori, tetapi harus menjadi praktik dalam kehidupan sehari-hari.” Pungkasnya.
Dalam akhir ceramah, Ustadz Sam’un mengajak untuk menjalani kehidupan ini dengan semangat menjadi Ansorullah, mengambil bagian dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Pencerahan di pagi itu bukan hanya sekadar ceramah; ia adalah panggilan untuk menjalani hidup dengan nilai-nilai yang lebih mulia, menggapai ridha Allah melalui akhlak dan iman yang tulus, akhlakul karimah. (Taufik)














