Jangan Berbantah
Oleh Ustadz Moh. Helman Sueb, MA.
(Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat Lamongan, Wakil Majelis Tabligh PCM Babat)
Dalam pergaulan sehari-hari terkadang kita melihat orang-orang yang sedang berbantah tentang hukum agama, padahal keduanya tidak begitu paham tentang agama, akhirnya, hal ini membawa keduanya tidak baik-baik saja di dalam pergaulan sehari-hari.
Berbantah atau bertengkar lidah termasuk perbuatan tercela yang dilarang Nabi Muhammad Shalallahu alaihi was Sallam, meskipun sama-sama pandai agama, tetapi hal ini tidak mungkin terjadi bila memiliki wawasan yang luas, sehingga kalau toh berbeda, akan setuju dalam perbedaan, dan tetap bergaul baik dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan masalah berbantah yang dilarang ini, baginda Rasul Shalallahu alaih was Sallam bersabda :” Tidaklah suatu kaum menjadi sesat setelah diberi petunjuk oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala, melainkan sebab mereka itu suka berbantah-bantahan.” ( H.R. Tirmidzi)
Dari hadits di atas berbantah-bantahan yang mudah menyulut emosi, amatlah tercela dan mendatangkan kesesatan yang berbentuk penyimpangan dari akhlak yang diajarkan Islam.
Bilal bin Sa’ad, ulama yang masyhur dikalangan Tabi’in karena keshalihannya berkata :“Jika engkau melihat seseorang yamg banyak cakap? suka berbantah dan merasa bangga dengan pendapatnya sendiri, maka benar-benar sudah sempurna kerugiannya.”
Terkadang berbantah untuk menunjukkan kehebatan diri dan yang lain kedudukannya di bawahnya serta agar menaikkan popularitas dirinya, hal inilah yang dilarang, karena sudah termasuk kesombongan dan menyimpang dari aturan Islam.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
{وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}
Artinya :“Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Yakni terhadap orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan. Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik. yaitu dengan lemah lembut, sehingga mengangkat kebagusan ajaran Islam.
Seluas apapun wawasan kita, harus tetap memiliki jiwa lapang dada, memaafkan orang lain dan menahan marah, sifat inilah yang memudahkan kita menjadi orang baik.
Menjadi orang baik itu, akan diuji Allah SWT dengan kebaikan dan keburukan. Allah SWT mengingatkan kita dalam QS. Al-Anbiya’ : 35, yaitu :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya :“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Semoga kita terjauh berbantah yang otomatis mendatangkan kerugian diri sendiri maupun orang lain dan tetap berpijak pada kebenaran, semangat dalam menebarkan kebaikan di mana saja.